Antre Berjam-jam
Untuk Dapat BBM, Warga Kalimantan Ngiri dengan JawaRobert - detikfinance
Selasa, 27/11/2012 14:38 WIB
Samarinda - PT Pertamina (Persero) mencabut aturan pengkitiran atau pengendalian distribusi BBM bersubsidi untuk menghindari antrean kendaraan di SPBU. Namun fakta di lapangan, antrean panjang kendaraan tetap saja terjadi di sejumlah APMS dan SPBU di Kalimantan.
Keterangan dihimpun detikFinance, antrean panjang kendaraan tetap saja terjadi di Pontianak (Kalimantan Barat), Palangkaraya (Kalimantan Tengah), Banjarmasin di Kalimantan Selatan serta sejumlah wilayah di kabupaten dan kota di Kalimantan Timur, meski aturan itu berlaku sejak 25 November 2012 lalu.
Pantauan detikFinance di SPBU No 64.751.09 Jalan Panglima M Noor, Samarinda, ratusan truk setiap harinya harus antre berjam-jam untuk mengisi BBM solar hingga meluber ke badan jalan hingga lebih dari 1 kilometer. Pemandangan itu berlangsung hampir 1 bulan terakhir ini.
"Saya di sini sudah antre dari jam 11.30 WITA sampai sekarang (pukul 14.00 WITA), belum dapat-dapat minyak solar, masih antre," kata Mukson (50) kepada detikFinance, di sela antrean BBM solar di SPBU 64.751.09 Jl Panglima M Noor, Selasa (27/11/2012).
Mukson mengharapkan, di Samarinda memiliki SPBU yang beroperasi 24 jam, seperti yang ada di SPBU di area Jawa-Bali, dengan maksud antrean pengisian solar tidak lagi mengganggu aktivitas kerjanya di siang hari.
"Diharapkan ada SPBU buka 24jam. Jadi siang kerja, malam antre ya tidak apa-apa. Kalau antre siang berjam-jam seperti ini, mengganggu jam aktivitas, menurunkan pendapatan saya," ujar Mukson.
"Di Jawa sana, jangan sok ngeluh kalau antre isi minyak (BBM), toh terus dijaga pasokannya. Kita di sini, di Kalimantan, ini sudah seringkali. Antrean panjang seperti ini, seharusnya di Kalimantan tidak ada," ketus Mukson.
Disinggung tentang keputusan Pertamina yang mencabut pengendalian BBM bersubsidi agar tidak terjadi antrean panjang di SPBU, Mukson menilai keputusan itu hanya basa-basi.
"Aturan basa-basi. Anda lihat sendiri kan? Anda kan wartawan ya amati saja sendiri. Antre begini ini bikin capek, berjam-jam. Mau sampai kapan antrean ini selalu antre panjang dan antre panjang?" sebut Mukson.
Asmar (33) pengantre BBM solar lainnya di SPBU yang sama juga mengutarakan hal yang sama. Menurut Asmar, seharusnya keputusan Pertamina itu, diikuti dengan pencabutan larangan pengisian solar di SPBU untuk kendaraan jenis truk.
"Saya dari SPBU di Jl Pangeran Suryanata, di sana dilarang mengisi solar untuk truk. SPBU lainnya, solar habis. Mestinya aturan larangan pengisian truk itu dicabut. Makanya saya ke sini dan makanya menumpuk kendaraan isi solar di sini," sebut Asmar.
"Saya antre ini dari jam 8 pagi tadi. Lha sekarang saya antre berjam-jam belum dapat solar. Ya, tetap coba sabar saja. Mudah-mudahan pemerintah memahami kesabaran kita orang kecil," terang Asmar.
Masih di Kalimantan Timur, di kota Balikpapan, warga setempat sulit mendapatkan BBM premium di SPBU yang beroperasi di Balikpapan.
"Kemarin-kemarin susah solar sampai hari ini. Lha sekarang malah susah bensin premium. Kalimantan ini ya begini ini terus," keluh Hidayat, warga MT Haryono, dihubungi terpisah detikFinance.
Sedangkan di Kabupaten Kutai Barat, konflik yang terjadi beberapa waktu lalu, tidak mengubah kondisi masyarakat Kutai Barat seperti di Melak dan Barong Tongkok, yang terus menerus kesulitan mendapatkan BBM di SPBU maupun APMS (Agen Premium dan Minyak Solar).
"Iya, sama saja. Tidak ada pengaruhnya. Pertamina mau ngomong di berita terus menjaga pasokan BBM, ya kondisinya sama saja. Mau di Melak, mau di Barong Tongkok, sama saja," sebut Arfiansyah, salah seorang pegawai di lingkungan Pemkab Kutai Barat.
Masih dari pantauan detikFinance di Samarinda siang ini, SPBU 64.751.07 Jl KH Wahid Hasyim, tidak beroperasi dan memasang pemberitahuan solar dan premium sedang kosong. Pun demikian di SPBU 64.751.22 Jl AW Syachranie, kehabisan BBM solar subsidi namun terjadi antrean ratusan kendaraan untuk mengisi bensin premium.
(dnl/dnl)