Menikmati Gunung Papandayan dari Rumah Makan Cibiuk Garut
[Only admins are allowed to see this image]
Konon katanya, Rumah Makan Cibiuk berawal dari sebuah warung kecil yang disewa oleh H. Iyus Ruslan pada sekitar bulan November 1999 yang dikelola sebagai rumah makan sederhana dan kini menjadi Rumah Makan yang besar di berbagai kota.
Berada Rumah Makan Cibiuk berawal dari sebuah warung kecil yang disewa oleh H. Iyus Ruslan pada sekitar bulan November 1999 yang dikelola sebagai rumah makan sederhana dan kini menjadi Rumah Makan yang besar di berbagai kota. Menu yang disajikan adalah menu khas wilayah Cibiuk, nama sebuah desa kecil di Kota Garut (Jawa Barat), dengan cita rasa khas Cibiuk sehingga diberi nama "Rumah Makan Asli Cibiuk". Hingga saat ini Rumah Makan Cibiuk telah berkembang dengan pesat dan saat ini memiliki sebanyak 43 outlet yang tersebar di 19 kota.
Jl. Otista No. 321 - Garut, merupakan lokasi yang sangat startegis karena di jalur utama Garut menuju Bandung. Tak salah RM Cibiuk menempati lokasi ini, karena yang tadinya warung sederhana, sekarang menjadi salah satu rumah makan terbesar di Kota Garut.
Bahkan cabangnya sekarang banyak beredar di kota-kota lain, seperti Bandung, Jakarta, Bekasi, Bogor dan lainnya. Konsep resto ini tak jauh beda dengan konsep resto masakan Sunda lainnya. Dari penataan ruangan, sangat terlihat kalau Resto Cibiuk ini maju pesat sekali. Sehingga ada beberapa bangunan tambahan yang terkesan dipaksakan karena terbatasnya ruang.
Namun untungnya, kepadatan penataan ruang tersebut tertutupi oleh indahnya pemandangan Gunung Papandayan yang ada di belakang resto. Sehingga para pengunjung dengan asyik terus menatap keindahan Papandayan sembari menyantap makanan tanpa peduli dengan penataan ruang sekitar.
Sunan Haruman adalah sebutan atau gelar untuk Syekh Jafar Sidik, penyebar dan pengajar Islam di utara Garut, pada abad 18, disebut juga embah wali, karena kedudukannya sejajar dengan para wali penyebar agama Islam lainnya, baik di Jawa Barat maupun pulau Jawa. Disebut Sunan Haruman, karena makamnya terletak di sebuah bukit kecil di lembah Gunung Haruman. Masuk wilayah administratif Desa Cipareuan, Kecamatan Cibiuk, Kab. Garut. Embah Wali Jafar Sidik hidup sejaman dengan Syekh Abdul Muhyi, Pamijahan, Kab. Tasikmalaya. Bahkan konon "saguru saelmu".
Salah satu warisan paling Fenomenal dari Wali Jafar Sidik adalah "Sambel" (sambal).
Pembuat pertama "Sambel Cibiuk" adalah salah seorang putri dari Wali Jafar Sidik yaitu Eyang Fatimah, resepnya dari dakwah agama Embah Wali, yang mengutip ayat Quran, S.Al-Maidah 2, berbunyi ta-awanu alal birri wat taqwa. yang artinya Bekerjasamalah dalam kebajikan dan taqwa.
Oleh Eyang Fatimah diimplementasikan dalam wujud "sambel". Sebab "sambel" merupkan salah satu kerja sama dalam kebajikan. Cabai rawit, terasi, bawang, tomat, gula, kemangi, dan bumbu lain, disatupadukan (kerjasama) hingga menimbulkan kenikmatan. Kenikmatan makan dengan "sambel" inilah yang berujung kepada taqwa.
Sejak zaman itu pula, hingga sekarang, konon cita rasa sambal Cibiuk tak berubah, yaitu pedas tanpa meninggalkan jejak rasa panas di mulut, sekaligus segar. ”Itu karena cabai rawitnya adalah cabai rawit pilihan. Selain cabai rawit berukuran besar, atau yang sering disebut cengek domba oleh orang Sunda, bahan lain untuk membuat sambal Cibiuk adalah tomat, kemangi, bawang merah, kencur, garam, dan terasi.
Namun, tak seperti sambal pada umumnya yang diulek halus, sambal Cibiuk diulek kasar. Maka, potongan tomat mengkal dan lembaran daun kemangi yang masih utuh membuat sambal ini lebih terlihat seperti lalap.
Ada beberapa variasi sambal yang disediakan rumah makan yang sudah tersebar ke beberapa kota di Jawa Barat dan Jakarta itu. Dalam daftar menunya, di antaranya ada sambal asli Cibiuk hijau, sambal asli Cibiuk merah, dan sambal ceurik yang rasanya ekstra pedas.
Sambal hijau, yang menjadi favorit konsumen, dibuat dari tomat hijau dan cabai rawit hijau atau kekuningan. Sementara sambal merah berbahankan cabai rawit dan tomat merah. Biasanya sambal Cibiuk ini paling pas jika dibarengi dengan nasi liwet daun pisang yang dicampur dengan teri.
Untuk minumanny sendiri ada beberapa jenis, dari mulai es kelapa, es duren dan lainnya. Namun ada satu minuman yang menurut saya wajib dicoba, yaitu bajigur. Minuman jahe yang dicampur dengan kolang-kaling ini ini enak dan hangat di badan. Pas sekali dengan sejuknya hawa kota Garut.